BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 19 Juli 2011

Aku Nggak Keterima UI (re:nyesek)

2 tahun aku belajar keras, berusaha dan berdoa untuk menggapai tujuanku menjadi salah satu mahasiswa UI, Universitas Indonesia ternyata tidak terkabul. Tau gak rasanya? Nyesek banget. Tapi, untunglah aku masih bisa berlapang dada menghadapi ini semua. Aku baru tersadar akan kePRESTIGE-an yang selama ini aku cari. Gak ada gunanya mikirin prestige yang menggebu-gebu. Bisa stress kalo sampe terlalu mencintai sesuatu hal yang ga mungkin bisa diraih lagi :)

Selamat ya untuk kalian yang keterima PTN dimanapun :). Aku percaya, aku pasti sukses walaupun kuliah di swasta. Yang selama ini gak pernah aku harapin, mungkin nantinya bisa menjadi tempat aku belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Terima kasih untuk semuanya yang selalu memberi support dan dukungan ke aku! Aku bukan apa-apa tanpa kalian!!!!! :) Binus University, be my next future

Kamis, 07 Juli 2011

Curhatan Seorang Sapi Ompong.

Selama ini pikiran gue cuma terpacu pada prestige. Lulus SMA mau langsung kuliah di UI terus dapet kerjaan yang bagus, hidup bahagia. Yah....tiap orang pasti mau ya kaya gitu. Sekarang gausah mikirin masalah kerjaan deh, pikirin dulu yang namanya kuliah. Daridulu gue emang sangat mendambakan Universitas Indonesia. Universitas impian beberapa remaja yang sedang lulus SMA. Bahkan di otak gue ga ada sama sekali pilihan universitas lain selain UI. Yah itulah salahnya gue, terlalu mencintai sesuatu yang belum pasti akan tergapai.

Sebenernya gue yakin sama kemampuan gue, gue selalu optimis bisa masuk UI. Tapi apa daya, SNMPTN untuk masuk UI gue ga keterima. Tersadarlah gue akan terlalu yakin yang berlebihan. Kaya sapi ompong yang cuma menganga dan bingung memikirkan kemana gue bakal kuliah. Sampe tanggal 24 Juli ini gue masih bakal dibikin tegang karna tanggal itu gue bakal dengerin pengumuman SIMAK UI. Tes terakhir yang menentukan masuk atau enggaknya gue ke kampus UI.

Nangis. Cuma tangis pelampiasan gue waktu gue ga keterima masuk snmptn. Nyesek senyeseknya. Udah belajar ga kenal lelah. Berangkat sekolah pagi-pagi buta dan pulang maleeeeem banget buat les. Ternyata hasilnya cuma gitu? Gue udah berdoa terus menerus ke Allah SWT tapi gue ga keterima UI? Gue sempet ga terima. Sempet sangat kecewa. Kenapa harus begitu? Orang lain kenapa bisa ngrasain senengnya tapi gue engga?

Lama gue menangis hari itu, sampai akhirnya malem-malem ada suatu berita yang bilang kalo UI mengumumkan hasil SNMPTN itu besoknya. Bukan hari itu. Berpuluh-puluh dukungan dari mama,saudara,teman,dan.........ehem pacar terus dikasih buat gue. Masih ada kesempatan lah ya intinya, tapi nasib berkata lain, gue tetep ga keterima SNMPTN. Tapi disitu gue udah tegar loh ga nangis lagi. Gue cuma tersenyum kecut pas tau emang gue ga keterima. Mulailah disitu otak gue muter lagi apa yang bakal gue lakuin kedepannya?

SIMAK UI udah gue lalui, apalagi yang harus gue lakuin untuk kedepannya? Seandainya kemungkinan terburuk gue ga keterima lagi di SIMAK UI, apa yang bakal gue lakuin? Diskusi panjang dengan orang tua menambah pemikiran baru untuk masa depan gue. Sekarang............gue harus cukup berlapang dada, ga dengan PTN aja kok kita bisa sukses. Pasti masih banyak jalan menuu kesuksesan. Pemikiran baru harus gue tambah dan tambah terus, yang penting fokus ga mencar-mencar pikirannya.

Sekarang udah ada dua universitas swasta yang udah gue pikirin baik. Ya kalian ga perlu tau lah ya pembaca, cukup kalian cermati isi tulisan ini. Curhatan seorang cewek mellow yang cuma bisa nganga kaya sapi ompong menghadapi takdirnya kemarin-kemarin. Bisa jadi motivasi, bisa jadi inovasi baru buat kalian yang cuma mikirin PTN doang?

Silahkan dibaca saja lah pokoknya;)

Bosan.

Hello. Aktivitas selama liburan membuat saya bosan! Really. Bete deh ga ada kerjaan lain selain tidur makan tidur makan. Olahraganya paling dikit2 nyetrika baju.........tapi apa enak terus2an begini? 

Ada sih kerjaan lain ikut lomba ngetik karangan segala macem...tapi itu cuma malem2, trus siangnya ngapain? Bengong? Mau mikirin apa? Mikirin kuliah yang ga kunjung dapet2? 

Astaghfirullah...... 

Gini nih emang kalo pengangguran, apa ya yang bisa dilakukan selama liburan? Buat ngisi waktu gitu. Kerja part time? Tapi dimana.......butuh money juga nih banyak prioritas yang harus dibeli. 

Ada saran?

Rabu, 06 Juli 2011

Card Reader.

Kangen banget sama card reader gue. Biasanya kalo main laptop dia selalu menemani. HIKSSSS.... Butuh card reader banget nih. Mau tau gak kemana card reader gue? *sumpah sok penting banget gue* Card reader gue dibawa sama tante gue liburan ke Eropa. Katanya sih buat mindah-mindahin data dari hape/kamera ke laptop. Tapi ya yang disesalkan......ternyata tante gue ga bawa laptop. Sia-sia aja kan card reader gue dibawa? Maaf ya curhat abis bete nih berasa kehilangan setengah jiwa kalo ga ada card reader. Mati gaya abisssss #eaaaaaa

Tapi gak apa deh lumayan, card reader gue udah pernah main ke Eropa. Walaupun pemiliknya belom pernah. Seandainya dia punya mulut buat cerita pasti dia udah nyombong-nyombongin diri ke gue kalo dia udah pernah ke Eropa..... Ha Ha Ha Ha.

Sekilas cerita ya tentang card reader gue, gue udah temenan sama dia sejak 3 tahun yang lalu loh. Hebat kan masih bisa bekerja dengan sangat baik walaupun udah tua :3 sempet sih card readernya rusak.........atau mungkin gue yang ngira rusak padahal engga? :D Hampir 5 bulan gue ga pake gue biarin aja dia terkapar di kardus buku-buku gue. Waktu gue sampe di Jakarta setelah pindah dari Semarang, gue temuin lagi dia tercecer di rak buku. Gue tergerak buat cobain dia di komputer gue, aih.............bisa loh, pembaca! :D memang card reader itu berjodoh denganku kali ya... Hehehe,

Semoga aja secepat mungkin bisa kembali ke tangan gue. Kalo sampe ketinggalan di Eropa, I'll really really very miss it...... HMMMMMMMM :(

Kamis, 05 Mei 2011

Remaja dan Kehidupan Maya-nya

Dalam psikologi remaja, dunia remaja adalah dunia yang unik nan keberadaannya senantiasa menjadi bahan perbincangan umum. Dalam rentang kehidupan, masa kinilah yang paling mencrang. Karena sekarang mereka hidup di tengah perkembangan fisik dan psikis yang sangat cepat. Rona kehidupan mereka laksana kota metropolis yang penuh warna-warni.

Akan tetapi perlu kita sadari bahwa remaja adalah sosok yang labil, mudah terombang-ambing. Fisik mereka memang kelihatan dewasa, namun bila ditinjau dari segi psikis, mereka belum dewasa, belum mampu bertanggung jawab. Kita bisa saksikan sendiri, bagaimana kecenderungan mereka terhadap berbagai hal yang terus berubah. Mulai dari mode pakaian, rambut hingga sepatu. Kalau kita tanya alasan mereka mengikuti tren tertentu, jawabannya sangat instan. Asal-asalan dan tidak bertanggung jawab. Kebanyakan hanya menjawab demi gengsi saja, ikut-ikutan temen, ingin disebut modern, gaul dan lain-lain, nyaris tidak ada satupun jawaban yang bermuara pada asas manfaat.


Pola pikir instan seperti inilah yang dibentuk oleh media global. Mereka terus menerus diberi mimpi, harus beginilah harus begitulah, harus ini-itu, dsb. Segala produk dicoba dengan harapan mimpinya tercapai yaitu ingin tampak seperti artis pujaannya. Padahal, kalau mau jujur, mereka hanya pura-pura memberikan tips-tips kesempurnaan tubuh, yang hakikatnya adalah bisnis semata dan didasarkan atas UUD.

Alhasil, remaja modern kini tengah berada di dunia kepura-puraan. Ironisnya, mereka percaya pada kepura-puraan itu. Saban hari mereka disuguhi 99% tontonan tipi yang berisi kepura-puraan bahkan kebohongan dan gosip yang justru membodohi bukannya mendidik. Acara di TV seperti fil-film berlabel VHS, sinetron-sinetron atau gosiptainment yang mereka pergoki tiap hari menyuguhkan berbagai kepura-puraan yang sangat ironi. Mereka semuanya menawarkan gaya hidup glamour, mewah dan pergaulan bebas sebebas-bebasnya. Sebuah idiologi tandingan ditengah masyarakat yang mayoritas agamis. Ironisnya lagi, tayangan tersebut laku keras di pasaran alias paling disukai penonton dan bintang utamanya pun tak ayal dijadikan panutan sekalipun tanpa alasan yang jelas. Begitu pula iklan-iklan yang menawarkan penyembuhan tuntas dan gaya hidup ‘wah’ dengan klip yang bebas moral, juga sarat kepura-puraan.

Di dunia kepura-puraan tidak mengenal istilah percaya atau tidak, yang ada adalah hanya kesenangan semu. Pemirsa “dipaksa” percaya pada berbagai tayangan hingga terkadang harus mengaduk-aduk emosinya sendiri bahkan sampai terbawa ke alam mimpi. Tak heran jika para remaja tergiur oleh dunia kepura-puraan, bermimpi mendambakan tubuh seperti model dalam iklan dan film. Bahkan jika ada keajaiban, remaja menginginkan persis seperti mereka. Itulah dunia kepura-puraan.

Dampaknya pun bukan main, berbagai tindak kriminal berupa free sex, aborsi dan kekerasan di dunia remaja hakekatnya ‘didikan’ dari dunia kepura-puraan. Contohnya pun banyak, anak belasan tahun kini sudah bisa punya anak berkat gelar MBA, tawuran antar kampus yang nekat berperang sampai mampus, geng motor maniak yang bengis dengan galak dan sadis meneror warga, dll. Tindakan kriminal seperti KKN pun terjadi di jajaran elit dan penguasa, yang hakikatnya implikasi dari dunia kepura-puraan juga. Mengapa tidak, bukankah sinetron dan film-film itu selalu menawarkan enaknya kehidupan mewah? Maka, jalan pintas menuju kemewahan itu tak lain melalui KKN.

Walhasil, kebobrokan mental berserakan dimana-mana, kelaparan merajalela, jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Praktek korupsi, merampok, tawuran, membunuh, perkosaan, seks bebas, dan lain-lain bukan lagi suatu aib, semuanya dianggap biasa-biasa saja bahkan mungkin dianggap hanya hiburan belaka.
Pantas jika Neil Postman dalam bukunya “Amusing Ourselves to Death“, menulis bahwa saat ini orang tengah menghibur diri terus sampai mati! Hal itu dikarenakan format tipi ditujukan untuk hiburan semata dan bukan untuk sarana pendidikan.

Oleh karena itu, bagi diri remaja sendiri, hendaknya bisa berpikir dewasa, kritis dan bermental baja. Remaja masa kini harus memiliki kesadaran nurani yang tinggi, tidak begitu saja mengekor atau mencontoh segala yang ditayangkan media massa terutama tipi. Mengingat, kekaguman terhadap tokoh dunia kepura-puraan secara berlebihan, bukan saja memancing frustasi, tetapi juga membentuk sikap mental minder, merasa tidak puas terhadap apa yang dimiliki, baik kecantikan, pakaian atau tubuh. Sikap ini akan menimbulkan pola hidup konsumeris dan serba kekurangan.

Memang ada saat-saat dimana kehidupan kita semua ketika merasa berada di bawah dan mengalami saat-saat singkat yang penuh dengan keraguan. Alasan mengapa begitu banyak orang yang merasa dirinya rendah baik tentang kehidupan, penampilan, keahlian maupun kemampuannya adalah karena kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membandingkan diri kita dengan para pahlawan dari dunia kepura-puraan TV.

Maka, jangan biarkan setiap detik berlalu tanpa aktivitas positif. Masa depan akan semakin sarat tantangan. Masa depan membutuhkan remaja-remaja kreatif yang siap mengayuh perahu lebih cepat, berani menentang ombak dan siap berhadapan dengan derasnya arus globalisasi zaman.

Jangan pikirkan kesenangan, tapi pikirkanlah bagaimana memperjuangkan kesenangan. Jangan pikirkan surga, tapi pikirkanlah bagaimana membuat amal kebaikan. Ketahuilah bahwa jalan untuk meraih surga itu dipagari duri dan jalan meraih neraka dipagari roti

Mengelola Uang Saku, Yuk?

Hey guys, I just wanna share about an article. 

A few months ago, My friends and I were having lunch at KFC BULUNGAN, South Jakarta. Suddenly there was someone who came over to us and interviewed us. She said that she was a reporter from the magazine compass. After talking a lot, he headed home and said that this interview will be published in the newspaper. But, after I open the compass magazine every day, there never was an article about this interview. Recently I've found it in http://nasional.kompas.com/read/2010/09/03/02560513/Mengelola.Uang.Saku.Yuk.. Hahahahaha: D

MuDAers, pada sebagian keluarga ada kebiasaan orang tua, entah itu kakek, nenek, tante, atau om, memberikan uang Lebaran untuk anak-anak. Biasanya, setiap anak yang belum bekerja pasti kebagian ”amplop Lebaran”.

Kumpulan uang Lebaran itu bisa jadi bonus, selain uang saku dari orangtua, yang pastilah hal penting buat kita. Berapa pun besarnya, uang itu amat berarti, terutama buat bayar ongkos transpor ke sekolah, buat beli makan siang saat jam istirahat, dan membeli pernak-pernik kebutuhan kita. Tetapi, gimana sih cara kita mengelola uang saku itu?

Rizki Adiyasa (17), siswa kelas XII SMA Infokom Bogor, mendapat uang saku dari orangtuanya sebesar Rp 20.000 per hari. Uang itu dia gunakan untuk dua kali naik angkutan umum dari rumah ke sekolah pergi-pulang Rp 8.000, juga untuk makan siang Rp 12.000.
”Kadang saya bawa bekal dari rumah, jadi enggak perlu jajan. Uangnya bisa ditabung,” kata Rizki.

Dias Aisyah Putri (15), siswi kelas XI SMA Al Azhar Bumi Serpong Damai, Tangerang, mendapat uang saku lebih banyak, Rp 25.000 per hari. Uang sakunya nyaris utuh karena dia tidak menumpang angkutan umum saat ke sekolah, melainkan diantar. Begitu juga saat istirahat, dia jajan kadang-kadang saja karena Dias lebih sering membawa bekal dari rumah.

”Uang saku aku tabung, tapi bakal abis kalo hari Sabtu-Minggu. Soalnya aku selalu jalan-jalan ke mal sama teman-temanku. Uang itu, ya, buat aku belanja, buat makan, beli pulsa telepon, nonton film. Susah banget kalo mau nabung,” kata Dias. 

Fina Mutiasari (15), Twena Dara Fizella (16), dan Nita Nabilla (15) adalah siswi SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Selatan. Fina mendapat uang saku sebesar Rp 20.000 per hari, Twena mendapat uang saku bulanan Rp 250.000-Rp 300.000 yang diberikan orangtuanya di awal bulan, sedangkan Nita mendapat uang saku mingguan sebesar Rp 80.000.

Fina enggak perlu mengeluarkan biaya transpor ke sekolah karena dia ikut kendaraan antar-jemput, sedangkan Twena diantar ibunya ke sekolah dan pulang dengan temannya, dan Nita berangkat diantar orangtua dan pulang naik angkutan umum.

”Saya nabung tiap bulan Rp 100.000, sekarang sudah terkumpul Rp 1,8 juta. Uang itu mau saya pakai untuk membayar study tour bulan Desember nanti, Rp 1,8 juta,” kata Twena.
Mereka mengaku agak susah menabung karena godaan untuk membeli barang atau jalan-jalan ke mal sangat kuat.

Siswa kelas XI SMA Negeri 6 Jakarta, Nur Aji Luthfi Prakoso, mendapat uang saku tidak terlalu besar, Rp 10.000 per hari. Ia biasa diberi uang saku mingguan Rp 50.000.
”Saya cuma bayar angkutan pergi-pulang Rp 2.000. Jadi saya masih bisa nabung. Sempat nabung sampai Rp 900.000 buat beli pulsa telepon dan nambahin beli Blackberry,” kata Aji.

Harus berlatih
Remaja ikut-ikutan teman main ke mal atau berbelanja benda konsumtif, menurut psikolog Tika Bisono, adalah sesuatu yang wajar karena mereka hidup dalam perspektif peer group.

”Buat anak-anak yang kreatif, mereka akan jadi pemimpin dalam grup, menjadi rujukan buat anak-anak yang relatif pasif dan tak kreatif. Mereka yang pasif ini akan sangat terbantu,” kata Tika.

Percampuran model kepribadian, sifat, dan karakter ini, menurut Tika, akan menguntungkan pertumbuhan psikologis karena remaja sangat berkepentingan untuk diakui dan diterima kelompoknya.

Bagaimana remaja mengelola uangnya, mereka bisa mencontoh bagaimana orangtua masing-masing mengelola uang. Jika orangtua mengajarkan berhemat, sebaiknya remaja juga melakukan penghematan karena mencari uang itu tak mudah.

Berapa besar uang saku yang ideal buat remaja tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Itu juga yang dikemukakan perencana keuangan Safir Senduk.
”Remaja perlu belajar bagaimana mengelola uang, mereka harus bisa mempertanggungjawabkan ke mana uangnya digunakan,” katanya.

Hal yang harus dilatih para remaja adalah bagaimana membangun kemampuan nalar dan logika, bagaimana mengambil keputusan yang tepat. ”Kalau mereka bisa mengambil keputusan sendiri, itu tentu lebih bagus dibandingkan disuruh orangtua karena keputusannya tak akan matang. Kalau remaja sudah bisa memutuskan sendiri, tidak ikut-ikutan teman, itu namanya punya kecerdasan intrapersonal. Tidak masalah bergaul dengan siapa pun kalau dia sudah memiliki kecerdasan intrapersonal,” kata Tika.

Berpenghasilan
Bagi Safir Senduk, remaja SMA yang memiliki uang saku bisa disebut sudah berpenghasilan. Namun, karena penghasilan mereka dapatkan bukan dari bekerja, tak heran jika remaja usia SMA begitu mudah membelanjakan uangnya.

”Jika mereka mendapatkan penghasilan dari bekerja, entah dengan menulis atau bekerja sampingan, tentu mereka lebih menghargai uang yang didapatkan dengan susah payah,” kata Safir.
Remaja pun sudah sewajarnya belajar mengelola uang saku. Dan, uang saku sebaiknya diberikan secara bulanan supaya mereka langsung praktik bagaimana mengelola uang itu agar cukup untuk keperluan selama sebulan.

”Remaja SMA nantinya juga akan bekerja, mendapat gaji bulanan, jadi mulai sekarang mereka harus belajar mengelola uang saku bulanan,” tambah Safir.
Untuk pengeluaran, menurut dia, bisa dipilah menjadi tiga, yakni pengeluaran karena wajib, butuh, dan ingin.

Pengeluaran wajib adalah pengeluaran yang harus dibayarkan. Maka, jika tidak dibayar akan ada konsekuensi, misalnya membayar cicilan utang.
Pengeluaran karena butuh adalah pengeluaran yang harus dibayarkan. Namun, jika tidak dibayar, tidak ada konsekuensi, misalnya membeli pulsa telepon.

Sedangkan pengeluaran karena ingin adalah segala pos pengeluaran yang kita bayarkan karena ingin, semisal membeli T-shirt di distro.
”Nah, para remaja harus tahu betul pengeluarannya itu termasuk pengeluaran apa? Wajib, butuh, atau ingin?” kata Safir Senduk.

Jika remaja menghargai uang, tentu mereka tidak akan dengan mudah menghabiskan uangnya. Bahkan mereka bisa menabung dan berinvestasi.

”Menabung itu menyisihkan uang untuk mencapai tujuan di masa datang, misalnya membeli sesuatu. Kalau berinvestasi itu berarti memperbesar aset yang kita miliki tanpa goal atau tujuan,” kata Safir Senduk.
Meskipun uang saku yang dimiliki tidak besar, para remaja sebenarnya juga bisa berinvestasi, misalnya dengan membeli ORI (Obligasi Ritel Indonesia) atau reksadana.

”Manajer investasi yang akan memutar uang kita. Reksadana bisa kita beli dengan dana sekitar Rp 100.000-Rp 200.000. Sayang sekali kalau uang kita dihabiskan. Kalau membeli sesuatu karena ikut-ikutan teman, itu artinya dia tidak bisa memimpin dirinya sendiri. Jadilah orang yang bisa memimpin diri sendiri,” saran Safir Senduk. (LOK)

Bad day. Bad mood.

When I'm in bad mood, I just can keep silent or being annoying to everyone who disturb me. Like today, I dunno since I woke up, I took a bath, I went to school until I arrived ar school, there are no something that can make me smile. Altough I'm already entertain my self, but it's no use. I just can smile a while and back to annoyed again.


Really I'm sorry to all guys who feel my regret. I'll be back to be a patient and cheerful girl again, I'll try but it's hard. So, once more... I should be patient :')